Bekerja Bisa Mengakibatkan Perceraian
Bekerja Bisa Mengakibatkan Perceraian –
Dunia dimana kita tinggal dan bekerja adalah sungguh-sungguh dunia orang-orang. Ketika orang-orang meniti karier,
mereka diharpakan memberikan komitmen, loyalitas, dan jam kerja yang lebih
besar dan lebih lama kepada orang yang memberi mereka pekerjaan. Bagi banyak
orang, pekerjaan bisa menjadi segalanya dan, tragisnya mereka menggunakan
proporsi waktu serta tenaga yang jauh lebih besar untuk bekerja daripada untuk
hidup.
Lalu, tujuan hidup adalah untuk
bekerja, mereka menjadi begitu terlibat, sampai akhirnya menjadi workaholics (kecanduan untuk terus
bekerja). Mereka menjadi begitu berdedikasi dan begitu terikat pada perusahaan
serta pada tanggungjawab pekerjaannya. Akibatnya, mereka menghancurkan suasana
di dalam rumah tangganya. Meraka yang memiliki usaha sendiri, usahanya itu
serta keterlibatan mereka di dalamnya menjadi yang paling penting. Hidupnya
semata-mata hanya demi usahanya.
Apakah benar bahwa tujuan bekerja
adalah sarana demi mencapai tujuan ? Tujuan bekerja sebenrnya bukanlah
tujuan itu sendiri. Memang benar bahwa
kita bekerja demi mendapat uang, yang pada gilirannya menopang tingkat
kehidupan yang mampu mendatangkan bagi kita kesenangan atau kegembiraan yang
kita inginkan.
Tampaknya kegembiraan hidup hanya bisa
memiliki arti bila dinikmati (share) bersama orang-orang lain. Kebahagiaan dan
kesenangan sungguh-sungguh hanya datang dari orang lain. Sekalipun demikian,
banyak eksekutif dan pelaku bisnis tingkat tinggi tanpa sadar menghancurkan apa
yang menjadi tujuan mereka.
Kita pun sangat menyadari akan
tingginya tingkat penceraian di masyarakat barat. Tentu saja ada sangat banyak
penyebab dari semakin tingginya tingkat kegagalan perkawinan di dalam dekade
ini dibandingan dengan tiga puluh atau lima puluh tahun yang lalu. Kenyataan
itu sebagai disebabkan oleh semakin berkurangnya penilaian buruk yang dikenakan
terhadap penceraian, relatif mudahnya memutuskan untuk bercerai, juga adanya
berbagai jenis tekanan serta godaan di dalam gaya hidup abad ke-20 ini.
Tetapi tampaknya belum ada tanda-tanda
mengendurnya permintaan terhadap keharusan untuk meraup sukses, baik melalui berbagai
upaya di bidang bisnisnya sendiri maupun melalui perusahaan tempat mereka
bekerja.
Banyak di antara para eksekutif itu
sebenarnyasangat terpukul dan terkejut ketika menyadari ada yang tidak beres
dalam hidup perkawinan mereka. Pada awalnya mereka menyalahkan pasangan mereka,
tetapi kepahitan ini kemudian berubah menjadi penyesalan dan penyalahan diri
sendiri secara mendalam.
Mereka bicara panjang lebar mengenai
betapa kerasnya mereka bekerja, waktu di petang hari dan di akhir pekan mereka
berikan semata-mata bagi perusahaan, dedikasi dan kesungguhan mereka berikan
demi mencapai promosi dan gaji yang lebih tinggi. Dan semua itu semata-mata
demi rumah yang lebih layak atau lebih baik, kenyamanan yang lebih besar di
rumah mereka, jaminan pendidikan bagi anak-anak mereka, dan jaminan keuangan
bagi pasangan mereka. Mereka melakukannya demi pasangan mereka. Sekalipun demikian,
mereka tidak mampu memahami bahwa kebahagiaan dan kegembiraan tidak berasal
dari semua yang mereka perbuat itu melainkan dari kemampuan untuk menikmati
bersama (share).
Demikian artikel yang bisa saya tulis
pada Website sederhana ini mudah-mudahan bermanfaat khususnya bagi saya sebagai
penulis dan umumnya bagi pembaca artikel
Posting Komentar untuk "Bekerja Bisa Mengakibatkan Perceraian"