Sejarah Singkat Pulo Manuk
Sejarah Singkat Pulau Manuk - Debur ombak pantai selatan itu menjadi
saksi bisu atas penderitaan ribuan orang, sekitar 60 tahun silam.
Namun, kini
jejak-jejak kekejaman yang menewaskan ribuan rakyat Indonesia itu mulai terhapus
oleh sikap acuh tak acuh generasi zaman ini. Sejarah romusha di Pulau Manuk,
Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, itu kini terancam hilang dari
kenangan.
Pulo Manuk Bayah
SATU-satunya apresiasi terhadap kegetiran
para romusha itu hanyalah berupa tonggak monumen yang berlokasi di sebelah
SLTPN 1 Bayah, tak jauh dari Kantor Camat Bayah. Itu pun kurang terawat dan
terkesan diabaikan.
Pekan ketiga bulan Juli lalu, bangunan
bersisi empat dengan tinggi sekitar tiga meter tersebut mulai menghitam.
Rumput-rumput liar memenuhi gundukan tanah pinggir jalan raya, tempat Monumen
Romusha itu dibangun.
Bendera merah-putih tidak terpasang
sempurna karena kaitan bagian merah terlepas. Merah-putih yang tidak bisa
berkibar seolah mengabarkan ketidakberdayaan para romusha di bawah kekejaman
penjajah Jepang, tahun 1942-1945.
Pareno (87), salah satu mantan romusha
itu, tertegun sejenak ketika menunjukkan lokasi stasiun, tempat parkir berbagai
lokomotif kereta api zaman Jepang, di kawasan pantai Pulau Manuk. Bekas stasiun
itu hanya menyisakan pal-pal pondasi yang penuh rumput dan tanaman liar.
Sejarah Singkat Pulo Manuk
Tidak jauh dari tempat itu, kuburan para
romusha malah tidak ada lagi tanda-tandanya. Kuburan itu hanyalah tanah kosong
di sela-sela semak di pantai Pulau Manuk, yang sering terempas ombak ketika
laut pasang.
“Tanah di sini sudah dikapling-kapling
dan kebanyakan punya orang Jakarta,” tutur Pareno yang menjadi pemandu dadakan
saat menyusuri jejak romusha di tempat itu. Selain Monumen Romusha, perlu kerja
keras untuk menemukan jejak-jejak romusha di Bayah.
Sumur romusha, stasiun kereta api,
goa-goa bekas tambang batu bara di zaman penjajahan Jepang, kuburan romusha,
makanan romusha, dan hal-hal lain yang berbau romusha seperti punah begitu
saja. “Rel-rel kereta api untuk angkutan batu bara zaman Jepang sudah habis
diangkut tukang besi dan dijual,” ujarnya.
Sumur romusha, tempat para romusha
mengambil air untuk minum yang terletak di lahan perkebunan, belakang SLTPN 1
Bayah, kini tertutup tanaman liar. Jenis sayuran yang dahulu dikonsumsi para
romusha, seperti sayur bunga karang, sayur ganggang laut, dan lodeh empot,
sudah sulit didapat di Pasar Bayah.
Upacara peringatan romusha oleh
masyarakat setempat, berupa atraksi atau karnaval, pun sudah lama tidak
digelar. Menurut Pareno, sudah empat tahun terakhir desanya tidak menggelar
peringatan itu seiring dengan meninggalnya para bekas romusha. “Anak-anak muda
sekarang malu memperingati upacara itu. Mereka malu kalau diketahui keturunan
bekas romusha,” ungkapnya.
Andaikata semua itu masih terawat,
niscaya akan menjadi obyek wisata sejarah, melengkapi wisata pantai yang
membentang di pesisir Banten Selatan. Keindahan panorama pantai akan diperkaya
oleh kedalaman perenungan batin atas perjalanan sejarah negeri ini.
PULAU Manuk adalah salah satu dari
beberapa lokasi di Bayah yang menjadi saksi bisu aksi penindasan Jepang
terhadap para romusha. Kawasan yang berjarak sekitar lima kilometer dari kota
Kecamatan Bayah atau pertigaan Terminal Bayah itu bisa dicapai dari berbagai
jurusan.
Pantai Pulo Manuk, Sawarna, Lebak Regency, Banten
Dari Jakarta, Bayah bisa ditempuh melalui Sukabumi-Pelabuhanratu (Jawa
Barat), atau melalui Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten Lebak (Banten). Jika
melalui Pelabuhanratu, jalur yang dilewati, antara lain
Cisolok-Cipicung-Cikotok-Bayah atau Cisolok-Cibareno-Bayah.
Jalur Cisolok-Cibareno-Bayah akan
melewati beberapa jalan mendaki dan menurun, tetapi pengunjung akan mendapat
suguhan panorama laut selatan, seperti Pantai Cibangban, Cibareno, dan
seterusnya. Indahnya pantai selatan di kiri jalan, yang diselingi dengan liukan
nyiur dan hamparan sawah di dekat pantai, bisa dinikmati di jalur selatan itu
hingga Muarabinuangeun.
Namun, jika menyetir mobil, perlu
berhati-hati dan jangan sampai terlena pada keindahan pantai selatan. Di
sepanjang jalur selatan itu, masih banyak jalan berlubang kendati masih layak
untuk dilalui. Di samping itu, situasi jalan di tempat-tempat tertentu pada
jalur itu kadang-kadang sepi.
Pulau Manuk Banten
Jika melalui Rangkasbitung, jalur yang
dilewati, antara lain, yaitu Saketi (Pandeglang)-Malingping-Bayah. Sebelum
sampai Malingping, pengunjung akan melewati jalan berliku-liku di antara
permukiman warga dan area perkebunan dengan kondisi jalan yang sebagian bagus,
tetapi sebagian sudah rusak. Setelah melewati Malingping ke arah Bayah,
pemandangan pantai selatan terhampar di kanan jalan.
Selain terkenal dengan sejarah romusha,
Bayah juga tercatat dalam buku sejarah sebagai tempat persembunyian tokoh Tan
Malaka. Di Banten Selatan itu, ia pernah menyamar sebagai mandor pertambangan
batu bara dengan nama samaran Ilyas Husein. Tan Malaka sempat mengorganisasi
para romusha, membentuk kelompok drama, dan menyelesaikan karya magnum
opus-nya, Madilog.
Pada zaman penjajahan Jepang, tulis Adhy
Asmara dalam Pesona Wisata Zamrud Katulistiwa Banten, kapal-kapal perang Jepang
banyak yang melakukan pendaratan di seputar muara Cimadur, Pantai Bayah. Saat
itu, Bayah dikenal sebagai penghasil utama batu bara, yang digunakan untuk
bahan bakar kereta api, kapal laut, dan pabrik.
Lokasi Pulo Manuk
Penambangan batu bara, antara lain dengan
pembuatan lubang-lubang tambang batu bara di Gunung Madur serta pembuatan rel
kereta api Bayah-Seketi untuk mengangkut batu bara, diperkirakan memakan korban
kurang lebih 93.000 romusha. Pareno mengungkapkan, sebagian besar romusha itu
didatangkan dari Jawa Tengah, seperti Purworejo, Kutoarjo, Solo, Purwodadi,
Semarang, Yogyakarta, dan lain-lain.
SEJARAH Romusha di Bayah merupakan
potensi wisata sejarah yang diabaikan. Potensi itu sebenarnya akan melengkapi
potensi wisata pantai selatan dan wisata ke gua-gua alam. Namun, semua potensi
tersebut kurang digarap sehingga terkesan merana.
Adhy Asmara dalam buku yang sama
menyebutkan, kawasan Pulau Manuk telah ditata menjadi Desa Wisata Romusha Pulau
Manuk. Akan tetapi, saat menyusuri kawasan itu, tidak terlihat adanya
tanda-tanda tempat itu telah dijadikan desa wisata.
Sejarah romusha di Banten Selatan-seperti
sejarah di balik Tembok Berlin (Jerman), kisah di balik Tugu Tiananmen (China),
atau cerita kekejaman Nazi di Monumen Kebangkitan 1944 di Warsawa (Polandia) -
sebenarnya bisa dijadikan obyek wisata untuk mengenang luka sejarah…. (MH
SAMSUL HADI)
Demikian info dan berita Sejarah Singkat Pulau Manuk, mudah-mudahan bermanfaat, dan jangan lupa berikan komentarnya di bawah. Terimakasih
Posting Komentar untuk "Sejarah Singkat Pulo Manuk"